1. Home
  2. »
  3. Uncategorized
  4. »
  5. Perbedaan pernikahan adat dan internasional

Perbedaan pernikahan adat dan internasional

Pernikahan adalah momen sakral yang tidak hanya menyatukan dua individu, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya, agama, dan filosofi hidup. Di Indonesia, pernikahan adat sarat dengan ritual turun-temurun yang menjadi warisan leluhur. Sementara itu, pernikahan internasional seringkali mengadopsi gaya modern yang disesuaikan dengan tren global. Artikel ini akan mengupas perbedaan mendalam antara kedua jenis pernikahan tersebut, dari aspek makna, prosesi, hingga simbol-simbol yang digunakan.
  • Pernikahan Adat: Lebih menekankan pada pelestarian budaya, penyatuan dua keluarga besar, dan pemenuhan kewajiban adat. Contohnya, dalam pernikahan Jawa, prosesi siraman dan midodareni memiliki makna spiritual untuk keselamatan pasangan.
  • Pernikahan Internasional: Fokus pada cinta individu, kebebasan memilih, dan kepraktisan. Pernikahan model Barat sering mengutamakan legalitas dan kesepakatan pasangan.
  • Pernikahan Adat: Terdiri dari serangkaian ritual panjang seperti seserahan (penyerahan mas kawin) atau mapasih (permohonan izin leluhur) dalam adat Bali.
  • Pernikahan Internasional: Prosesi lebih singkat, seperti exchange vow (sumpah pernikahan) di gereja atau registrasi sipil di balai kota.
  • Pernikahan Adat: Menggunakan busana tradisional seperti kebaya, ulos, atau baju bodo dengan warna dan motif simbolis.
  • Pernikahan Internasional: Gaun pengantin putih atau tuxedo menjadi pilihan utama, melambangkan kemurnian dan kesetiaan.
  • Pernikahan Adat: Menyajikan hidangan khas daerah seperti nasi tumpeng atau rendang, diiringi tarian adat.
  • Pernikahan Internasional: Cenderung memilih menu prasmanan ala Barat atau koki catering, dengan hiburan DJ atau live band.
  • Adat: Dilaksanakan di tempat bernuansa tradisional, seperti rumah adat atau pendopo, dengan dekorasi sarat simbol budaya (misalnya janur kuning).
  • Internasional: Dipilih di gedung mewah, gereja, atau pantai dengan dekorasi minimalis atau tematik seperti bunga mawar atau lilin.
  • Adat: Mengundang seluruh kerabat dan warga komunitas, bisa mencapai ratusan tamu.
  • Internasional: Tamu terbatas pada keluarga inti dan sahabat, biasanya di bawah 100 orang.
  • Adat: Biaya tinggi karena melibatkan banyak ritual, seserahan, dan jamuan besar.
  • Internasional: Lebih fleksibel, bisa disesuaikan budget, meskipun tetap mahal jika mengadopsi konsep mewah.
Sepasang pengantin sedang bertaut
  1. Memperkuat ikatan dengan budaya dan leluhur.
  2. Menciptakan momen kebersamaan yang hangat bagi keluarga besar.
  1. Biaya dan waktu persiapan yang lama.
  2. Terkadang terasa membebani karena tuntutan adat.
  1. Praktis dan mudah dipersonalisasi.
  2. Cocok untuk pasangan multikultural.
  1. Dianggap kurang bermakna secara spiritual oleh kalangan tradisional.
  2. Risiko kehilangan identitas budaya.

Banyak pasangan masa kini memadukan unsur adat dan internasional untuk menghormati kedua belah pihak. Contohnya, menggunakan kebaya dalam prosesi gereja atau menyelipkan ritual sungkem di tengah resepsi ala Barat. Kolaborasi ini tidak hanya mempertahankan warisan budaya, tetapi juga menciptakan kebebasan berekspresi.

Baik pernikahan adat maupun internasional memiliki keunikan dan nilai tersendiri. Keputusan akhir tergantung pada prioritas pasangan: apakah ingin menjaga tradisi atau mengeksplorasi kebebasan gaya global. Yang terpenting, pernikahan harus menjadi refleksi cinta dan komitmen sejati, terlepas dari bentuknya.

Baca Juga : Gedung Pernikahan di Jakarta dengan beragam konsep

Scroll to Top